Jumat, 12 Maret 2010

Aparatur Pemerintahan Ideal Menurut Alquran

oleh H. MG. Hadi Sutjipto *)

DALAM sejarah perjalanan peradaban yang dibangun manusia sudah menjadi sunantullah, bahwa seke-lompok orang yang membentuk sebuah komunitas, pasti memiliki pemimpin dan penguasa tempat mereka menyerahkan urusan. Kendati demikian, dalam catatan sejarah tidak pernah satupun pemimpin umat atau masyarakat yang mampu menjalankan ke-kuasaannya seorang diri.

Sekuat dan secakap apapun seorang penguasa, pastilah mereka memiliki para pembantu dalam berbagai macam bentuk dan sebutan. Yang populer sebutan menteri untuk pembantu raja atau kepala negara. Atau sebutan Kepala Dinas atau Kepala Badan untuk pembantu Bupati atau Walikotamadya

Di dalam Alquran, Allah Swt memberikan tuntunan kepada para penguasa, raja dan sebagainya untuk memilih para menteri, pembantu atau pejabat yang akan membantu menjalankan kekuasaan mereka. Ka-rena itu, para pembantu yang mereka pilih adalah orang yang mampu menolong dan menyelesaikan ma-salah dan kesulitan yang dihadapi sang penguasa dalam menjalankan kekuasaannya, bukannya pem-bantu yang akan mendatangkan masalah.

Setidaknya, ada 4 surat di dalam Quran yang membicarakan kriteria aparatur, menteri atau pejabat ideal. Pertama, Surat Yusuf 54 yang ber-bunyi: ”Dan raja berkata: Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku me-milih dia sebagai orang yang rapat kepadaku. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia. Dia ber-kata; Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang kuat lagi di-percaya pada sisi kami”.

Ayat di atas menceritakan kisah Nabi Yusuf as yang diangkat menjadi menteri dan pejabat Mesir urusan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Raja mengangkat Yusuf menjadi pembantunya, karena melihat dua hal dalam diri Yusuf; kekuatan dan kejujuran.

Seorang menteri, pejabat atau pembantu raja, mestilah seorang yang kuat, cakap, cerdas, ahli serta profe-sional di bidangnya. Sebab, jika seorang raja menye-rahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya, ten-tulah akan membinasakan diri dan rakyat serta kekua-saannya.

Kendati demikian, kecakapan dan profesioanalisme saja tidak cukup untuk dijadikan alasan mengangkat seseorang menjadi pejabat negara. Dia mestilah me-menuhi syarat kedua yang tidak boleh dipisahkan, yai-tu amanah atau kejujuran. Mengapa demikian?

Ini karena banyaknya para pejabat suatu negeri yang pintar, cerdas dan profesional, tetapi justru mereka menjadi penyebab kehancuran bangsanya. Kondisi itu disebabkan, pejabat yang menjalankan kekuasaan bu-kanlah pejabat amanah. Jika amanah tidak dimiliki, tentulah rasa aman dan nyaman akan jauh dari suatu bangsa. Bukti itu sudah ditunjukkan oleh kondisi Pe-merintahan Indonesia saat ini, dimana banyak para pe-jabat atau aparatur negaranya yang terbukti korup.

Tidak Mampu

Sedangkan surat kedua yang tentang memilih aparatur negara, adalah surat Al Qashsah 34 yang berbunyi: ”Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya dari-padaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pem-bantuku untuk membenarkan (perka-taan) ku; sesung-guhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku”.

Ayat ini menceritakan kisah nabi Musa as. ketika hendak menghadapi Fir’aun yang terkenal kecakapan dan kekutannya. Sehingga, Musa sebagai pemimpin bani Israel merasa tidak mampu meng-hadapi kekua-tan Fir’aun seorang diri. Maka dia berdo’a kepada Al-lah agar ditunjuk untuk seorang pembantu (menteri).

Seperti disebutkan dalam surat Thaha 29-30 yang artinya, “Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (29). (yaitu) Harun, saudaraku (30).”

Kriteria pejabat atau menteri yang dipilih dalam ayat di atas, adalah seorang yang memiliki kemampuan bicara yang bagus, emosi yang cerdas serta kemampu-an beretorika. Seorang menteri yang menjadi pemban-tu seorang raja atau penguasa, mestilah orang yang cakap dan pintar dalam berbicara. Tutur kata seorang pejabat pemerinta-han haruslah rapi dan tersusun de-ngan baik. Sebab, seorang pejabat adalah gambaran dari peradaban masyarakat yang sedang dipimpinnya.

Pada surat ketiga, yaitu At-Taubah 40 disebutkan: ”Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), ma-ka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) menge-luarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di wak-tu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesung-guhnya Allah beserta kita.” Ma-ka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Mu-hammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Ayat di atas, berbicara tentang Abu Bakar ash-Shiddiq yang mendampingi nabi, ketika hijrah dari Makkah ke Madinah. Ketika bersembunyi di gua Tsur, Rasulullah ketakutan karena diluar gua orang-orang kafir Quraisy dengan persenjataan lengkap, hampir menemukan me-reka berdua dan siap hendak membunuh beliau dan Abu Bakar. Namun, di saat genting dan mencemaskan itulah Abu Bakar memberikan hiburan dan ketena-ngan kepada Rasulullah SAW, dengan ungkapan be-liau yang terkenal, ”Janganlah engkau cemas wahai Rasulullah, seseungguhnya Allah bersama kita.”

Ayat di atas menggambarkan Rasulullah sebagai se-orang penguasa dan pemimpin, sedangkan Abu Bakar berperan sebagai pendamping, pembantu atau menteri beliau. Apa yang dilakukan Abu Bakar adalah cermi-nan pembantu atau menteri yang ideal. Di saat genting dan mencemaskan, seorang menteri haruslah mampu memberikan ketenangan kepada seorang raja dan ke-pala negara.

Teramatlah buruk seorang menteri, jika di saat genting tidak mampu memberikan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi penguasa. Dan, tentu terlebih buruk la-gi, jika ada pejabat negara atau menteri yang bukan-nya mendatangkan ketenangan kepada penguasa yang sedang panik dan gelisah, malah menambah kepani-kan atau mendatangkan kekacauan yang sebelumnya sangat tenang dan damai.

Di dalam surat An-Naml 39-40, Allah berfirman:
”Berkata `Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat du-dukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya” (39).

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Ki-tab: ”Aku akan membawa singasana itu kepadamu se-belum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman me-lihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun ber-kata: ”Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni`-mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka se-sungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesung-guhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (40).”

Ayat di atas menceritakan kisah nabi Sulaiman as, dengan para pejabat kerajaannya dari jin dan manusia. Ketika hendak mengangkat istana Ratu Balqis ke Palestina, Sulaiman menyerahkan urusannya kepada pa-ra pembesarnya yang memiliki kemampuan mengang-kat dan memindahkan istana Ratu Balqis. Ketika itulah jin Ifrit berkata, bahwa ia mampu mengangkat istana Balqis sebelum Sulaiman berdiri. Dia berkata demikian, karena dua alasan; kekuatan yang dimiliki dan kejujurannya.

Akan tetapi, seorang pembantunya dari manusia berkata, bahwa dia mampu mengangkat dan memin-dahkan istana ratu Balqis, sebelum mata Sulaiman berkedip. Kemampuannya memindahkan istana sece-pat itu, bahkan lebih cepat dari raja jin, adalah kekua-tan, kejujuran, serta ilmu yang benar dari Al-Kitab yang sebanding dengan amalnya. Sebab, di dalam Qur-an tidak disebutkan seorang yang berilmu dalam bentuk pujian, kecuali orang yang sempurna menga-malkan ilmunya.

Sehingga, seorang menteri atau kepala dinas/ badan yang ideal, bukan hanya cakap, cerdas, jujur, hendaknya juga seorang shaleh. Seorang pejabat semestinya orang yang berilmu banyak dan berwawasan luas, serta cakap dalam menyelesaikan masalah negara, sekaligus juga seorang yang ilmunya berbanding lurus dengan amalnya. Jika para pejabat negara atau daerah seperti itu, pastilah sebuah negara atau daerah akan besar dan jaya serta masyarakatnya akan mak-mur dan tantram.

*) Penulis adalah Ketua Takmir Masjid Agung, Sidoarjo, yang kini maju dalam Pilkada Sidoarjo 2010 sebagai Calon Wakil Bupati
 

JANGAN BIARKAN WAKTU MERUGI DATANG...

KATEGORI

© 3 Columns Newspaper Copyright by TRIBUNRELIGI.COM | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks