Jumat, 19 Maret 2010

Berserah Diri Pada Allah, Ciri Mukmin Beriman Kuat

oleh H. MG. Hadi Sutjipto *)


BERSERAH diri kepada Allah merupakan ciri khusus yang dimiliki orang-orang mukmin, yang memiliki keimanan yang mendalam, yang mampu melihat kekua-saan Allah, dan yang dekat dengan-Nya. Terdapat rahasia penting dan kenikmatan jika kita berserah diri kepada Allah.
Berserah diri kepada Allah maknanya adalah menyan-darkan dirinya dan takdirnya dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Allah telah menciptakan semua mahluk, binatang, tumbuh-tumbuhan, mahupun benda-benda tidak bernyawa --masing-masing dengan tujuannya sendiri-sendiri dan takdirnya sendiri-sendiri. Matahari, bulan, lautan, danau, pohon, bunga, seekor semut ke-cil, sehelai daun yang jatuh, debu yang ada di bangku, batu yang menyebabkan kita tersandung, baju yang ki-ta beli sepuluh tahun yang lalu, buah persik di lemari es, ibu anda, teman kepala sekolah anda, diri anda - pendek kata segala sesuatunya, takdirnya telah dite-tapkan oleh Allah Swt jutaan tahun yang lalu.
Takdir segala sesuatu telah tersimpan dalam sebuah kitab yang dalam al-Qur'an disebut sebagai 'Lauhul-Mahfuzh'. Saat kematian, saat jatuhnya sebuah daun, saat buah persik dalam peti es membusuk, dan batu yang menyebabkan kita tersandung -- pendek kata se-mua peristiwa, yang remeh mahupun yang penting -- semuanya tersimpan dalam kitab ini.
Orang-orang yang beriman meyakini takdir ini dan mereka mengetahui bahawa takdir yang diciptakan o-leh Allah adalah yang terbaik bagi mereka. Itulah se-babnya setiap detik dalam kehidupan mereka, mereka selalu berserah diri kepada Allah. Dengan kata lain, mereka mengetahui bahwa Allah menciptakan semua peristiwa ini sesuai dengan tujuan ilahiyah, dan ter-dapat kebaikan dalam apa saja yang diciptakan oleh Allah. Misalnya, terserang penyakit yang berbahaya, menghadapi musuh yang kejam, menghadapi tuduhan palsu padahal ia tidak bersalah, atau menghadapi pe-ristiwa yang sangat mengerikan, semua ini tidak me-ngubah keimanan orang yang beriman, juga tidak menimbulkan rasa takut dalam hati mereka.
Dalam Penderitaan
Seorang mukin yang imannya mendalam, pasti akan rela dalam menerima takdi dan qudrat-iradat Allah yang diyakini pada akhirnya akan membawa kebaha-giaan hidup. Sebab Allah pernah berjanji dalam sebuah Hadist Qudsi, bahwa dia tidak akan membuat semua mahluknya hidup dalam penderitaan senyampang para mahluk itu tahu dan faham akan simbolik-simbolik a-lam dan batin. Selain itu, juga selalu beserah diri pada genggaman Allah Rabbul Alamin,”
Mengapa demikian. Karena sebuah takdir yang paling mengerikan sekalipun, sesungguhnya telah direncana-kan oleh Allah untuk menguji umat manusia. Orang-orang yang menghadapi semuanya ini dengan sabar dan bertawakal kepada Allah atas takdir yang telah Dia ciptakan, mereka akan dicintai dan diridhoi Allah. Me-reka akan memperoleh surga yang kekal abadi.
Itulah sebabnya orang-orang yang beriman mempero-leh kenikmatan, ketenangan, dan kegembiraan dalam kehi-dupan mereka, karena bertawakal kepada Tuhan mere-ka. Inilah nikmat dan rahasia yang dijelaskan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Allah men-jelaskan dalam al-Qur'an, bahwa Dia mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Ali 'Im-ran: 159) Rasulullah saw. juga menyatakan hal ini, be-liau ber-sabda:
"Tidaklah beriman seorang hamba Allah hingga ia per-caya kepada takdir yang baik dan buruk, dan mengeta-hui bahwa ia tidak dapat menolak apa saja yang me-nimpanya (baik dan buruk), dan ia tidak dapat terkena apa saja yang dijauhkan darinya (baik dan buruk)."[4]
Masalah lainnya yang disebutkan dalam Qur’an ten-tang bertawakal kepada Allah adalah tentang “melaku-kan tindakan”. Qur’an memberitahukan kita tentang berbagai tindakan yang dapat dilakukan orang-orang yang beriman dalam berbagai keadaan. Dalam ayat-ayat lainnya, Allah juga menjelaskan rahasia bahwa tindakan-tindakan yang diterima sebagai ibadah kepa-da Allah, tidak dapat mengubah takdir. Nabi Ya’qub as. menasihati putranya agar melakukan beberapa tin-dakan ketika memasuki kota, tetapi setelah itu beliau diingatkan agar bertawakal kepada Allah. Inilah ayat yang membicarakan masalah tersebut:
“Dan Ya’qub berkata, ‘Hai anak-anakku, janganlah ka-mu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan, namun demikian aku tidak dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri’.” (Yusuf: 67).
Sebagaimana dapat dilihat pada ucapan Nabi Ya’qub, orang-orang yang beriman tentu saja juga mengambil tindakan berjaga-jaga, tetapi mereka mengetahui bah-wa mereka tidak dapat mengubah takdir Allah yang di-kehendaki untuk mereka. Misalnya, seseorang harus mengikuti aturan lalu lintas dan tidak mengemudi de-ngan sembarangan. Ini merupakan tindakan yang pen-ting dan merupakan sebuah bentuk ibadah demi kese-lamatan diri sendiri dan orang lain.
Namun, jika Allah menghendaki bahwa orang itu me-ninggal karena kecelakaan mobil, maka tidak ada tin-dakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kema-tiannya. Terkadang tindakan pencegahan atau suatu perbuatan tampaknya dapat menghindari orang itu dari kematian. Atau mungkin seseorang dapat melakukan keputusan penting yang dapat mengubah jalan hidup-nya, atau seseorang dapat sembuh dari penyakitnya yang mematikan dengan menunjukkan kekuatannya dan daya tahannya. Namun, semua peristiwa ini terjadi karena Allah telah menetapkan yang demikian itu.
Sangat Kuat
Sebagian orang salah menafsirkan peristiwa-peristiwa seperti itu sebagai “mengatasi takdir seseorang” atau “mengubah takdir seseorang”. Tetapi, tak seorang pun, bahkan orang yang sangat kuat sekalipun di dunia ini yang dapat mengubah apa yang telah ditetapkan oleh Allah. Tak seorang manusia pun yang memiliki kekua-tan seperti itu.
Sebaliknya, setiap makhluk sangat lemah dibanding-kan dengan ketetapan Allah. Adanya fakta, bahwa se-bagian orang tidak menerima kenyataan ini tetap tidak mengubah kebenaran. Sesungguhnya, orang yang me-nolak takdir juga telah ditetapkan demikian.
Karena itulah, orang-orang yang menghindari kemati-an atau penyakit, atau mengubah jalannya kehidupan, mereka mengalami peristiwa seperti ini karena Allah telah menetapkannya. Allah menceritakan hal ini da-lam al-Qur’an sebagai berikut:
“Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Al-Hadid: 22-3).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, peristiwa apa pun yang terjadi telah ditetapkan sebelumnya dan tertulis dalam Lauh Mahfuzh. Untuk itulah Allah me-nyatakan kepada manusia supaya tidak berduka cita terhadap apa yang luput darinya. Misalnya, seseorang yang kehilangan semua harta bendanya dalam sebuah kebakaran atau mengalami kerugian dalam perdaga-ngannya, semua ini memang sudah ditetapkan.
Dengan demikian mustahil baginya untuk menghindari atau mencegah kejadian tersebut. Jadi tidak ada guna-nya jika merasa berduka cita atas kehilangan tersebut. Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai ke-jadian yang telah ditetapkan untuk mereka. Orang-o-rang yang bertawakal kepada Allah ketika mereka menghadapi peristiwa seperti itu, Allah akan ridha dan cinta kepadanya.
Sebaliknya, orang-orang yang tidak bertawakal kepada Allah akan selalu mengalami kesulitan, keresahan, ketidakbahagiaan dalam kehidupan mereka di dunia ini, dan akan memperoleh azab yang kekal abadi di akhirat kelak. Dengan demikian sangat jelas, bahwa bertawakal kepada Allah akan membuahkan keberun-tungan dan ketenangan di dunia dan di akhirat. Dengan menyingkap rahasia-rahasia ini kepada orang-orang yang beriman, Allah membebaskan mereka dari ber-bagai kesulitan dan menjadikan ujian dalam kehidupan di dunia ini mudah bagi mereka. 


*) Penulis adalah Ketua Takmir Masjid Agung, Sidoarjo, yang kini maju dalam Pilkada Sidoarjo 2010 sebagai Calon Wakil Bupati
 
 

JANGAN BIARKAN WAKTU MERUGI DATANG...

KATEGORI

© 3 Columns Newspaper Copyright by TRIBUNRELIGI.COM | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks